Monash University resmi mengumumkan pembangunan MAVERIC, superkomputer AI canggih pertama di Australia. Proyek ini lahir dari kolaborasi strategis bersama tiga raksasa teknologi global: NVIDIA, Dell Technologies, dan CDC Data Centres (CDC).
Langkah besar ini bukan sekadar menghadirkan teknologi baru, tetapi juga memperkuat kemandirian Australia di bidang penelitian dan pengembangan AI. Dengan hadirnya MAVERIC, Monash menargetkan terobosan di berbagai bidang, mulai dari deteksi kanker, penelitian lingkungan, hingga mendorong ekonomi digital generasi mendatang.
Vice-Chancellor and President Monash University, Professor Sharon Pickering, menyampaikan bahwa MAVERIC akan menempatkan akademisi, mahasiswa, dan mitra riset Monash di garis terdepan dalam memanfaatkan AI secara bermakna. “Fokus kami adalah memecahkan masalah nyata, dari kesehatan manusia hingga menjaga keberlanjutan planet kita,” tegasnya.
Teknologi NVIDIA GB200 NVL72 Jadi Pondasi
MAVERIC mengadopsi platform NVIDIA GB200 NVL72, sebuah infrastruktur AI generasi terbaru yang dirancang untuk menangani beban kerja data intensif. Penggunaan teknologi ini menandai salah satu penerapan pertama NVIDIA GB200 di Australia, sekaligus menjadikan MAVERIC sebagai salah satu superkomputer AI paling modern di dunia.
Arsitektur MAVERIC dijalankan melalui sistem Dell Integrated Rack Scalable Systems (IRSS), termasuk server PowerEdge XE9712. Integrasi ini menyatukan komputasi dipercepat NVIDIA, perangkat lunak NVIDIA AI Enterprise, serta berbagai framework AI. Keunggulan sistem ini adalah efisiensi dan skalabilitas tinggi, ideal untuk riset AI skala besar.
Angela Fox, SVP and Managing Director ANZ Dell Technologies, menambahkan, “Kemampuan MAVERIC melalui Dell AI Factory dengan NVIDIA akan membantu Monash menjawab tantangan global, mulai dari penyakit hingga isu lingkungan. Ini adalah kemenangan besar, bukan hanya untuk komunitas riset, tetapi juga untuk Australia.”
Efisiensi Energi dengan Pendingin Cair CDC
MAVERIC akan ditempatkan di pusat data CDC di Brooklyn, Melbourne. Keunggulan besar datang dari sistem pendingin cair closed-loop yang digunakan. Teknologi ini mampu menghemat air hingga 300 kali lebih efisien dibandingkan pendingin udara konvensional.
Sistem tersebut membuang panas tanpa menggunakan air, sehingga fasilitas CDC dapat beroperasi tanpa konsumsi air utama untuk pendinginan. Dampaknya signifikan: miliaran liter air dapat dihemat setiap tahun. Didukung energi ramah lingkungan, penempatan MAVERIC di pusat data CDC mencerminkan komitmen Monash terhadap riset berkelanjutan.
Pendiri dan CEO CDC, Greg Boorer, mengatakan, “Teknologi pendingin cair terbaru kami membantu mentransformasi infrastruktur digital riset dan pendidikan. Kami bangga mendukung superkomputer MAVERIC dalam memperkuat masa depan riset Australia secara berkelanjutan.”
Dorongan Nasional untuk Kemandirian Riset
Pemerintah Australia menyambut baik langkah ini. Dr Andrew Charlton MP, Wakil Menteri Sains, Teknologi, dan Ekonomi Digital Australia, menyebutkan bahwa kolaborasi ini menjadi kunci agar Australia tetap berada di garis depan penelitian global.
“Jika kita ingin mempertahankan posisi sebagai pemimpin riset dunia, kita harus memanfaatkan teknologi terbaik. MAVERIC akan mendorong pertumbuhan produktivitas sekaligus memastikan peneliti Australia tetap unggul,” ujarnya.
Dukungan senada datang dari NVIDIA. Dennis Ang, Senior Director NVIDIA untuk ASEAN dan ANZ, menyebut MAVERIC sebagai era baru riset di Australia. “Dengan efisiensi energi yang tak tertandingi, MAVERIC akan membuka jalan bagi terobosan baru, menciptakan peluang ekonomi, dan melahirkan generasi peneliti serta startup berikutnya,” katanya.
Dukungan untuk Riset dan Pendidikan di Indonesia
Menariknya, manfaat MAVERIC tidak hanya dirasakan di Australia. Monash University, Indonesia juga telah lama mendorong penguasaan AI di kalangan mahasiswa.
Dalam dua tahun terakhir, mahasiswa program Master of Data Science (MDS) memanfaatkan GPU cluster MASSIVE (M3) untuk mengerjakan proyek-proyek AI, termasuk melatih Large Language Models (LLM) seperti Llama dan Gemma. Infrastruktur tersebut telah membantu mahasiswa menghasilkan penelitian yang dipresentasikan di konferensi internasional bergengsi, termasuk Association for Computational Linguistics (ACL) 2025 di Wina.
Professor Matthew Nicholson, Pro Vice-Chancellor & President Monash University Indonesia, menegaskan bahwa hadirnya MAVERIC akan membuka babak baru. “Dengan kemampuan komputasi lebih canggih dari MASSIVE, MAVERIC siap mendukung pengajaran, penelitian, dan pembelajaran AI di Indonesia,” jelasnya.
Siap Beroperasi pada 2026
Pengembangan MAVERIC dijadwalkan dimulai pada tahun 2025 dan akan mulai beroperasi pada awal 2026. Dengan dukungan infrastruktur kelas dunia, superkomputer ini diharapkan mampu mempercepat penelitian lintas disiplin, memperkuat ekosistem AI global, serta membawa manfaat nyata bagi masyarakat luas.
Monash, bersama mitra strategisnya, menegaskan bahwa MAVERIC bukan sekadar superkomputer, melainkan simbol transformasi: menghubungkan riset, pendidikan, dan inovasi berkelanjutan dalam satu ekosistem yang saling mendukung.
(Rutinitas Media)